PEROKOK BIJAK
itu: mPAN ing PAPAN
Ditulis: widyo
BABAHE (untuk mengingatkan diri)
GENCARnya gerakan
ANTI ROKOK, membuat para perokok, justru semakin risi. Bukan risi dalam hal
merokok. Tetapi atas gerakan itu! Gerakan anti rokok, masuk disegala lini, lobi
dan konsinyasi untuk membuat Peraturan, Keputusan, ASAL BUNYI. Tanpa melalui
proses penelitian, maupun kajian lebih dalam. Walaupun dilakukan, itu hanya
sepihak. Memasang LARANGAN MEROKOK dibeberapa area, tanpa kompromi dan
sosialisasi (uluk salam). Itu bukan prilaku orang TIMUR.
Benarkah Gerakan
ANTI ROKOK, itu PESANAN? Yang bertujuan menghancurkan budaya Nusantara?
(sekedar tahu saja, rokok bagian dari tradisi GUYUB). Cara penghancuran diantaranya,
dengan memecah belah PERSATUAN. Dengan segala cara, tanpa mengenal etika dan
adab. Jelas itu berlawanan dengan semboyan NKRI, Bhineka Tunggal Ika. LARANGAN-larangan
baik daerah maupun pusat, di Indonesia jelas ada. Dengan tetap menjaga Nurma,
Etika, adab, susila, persatuan.
Awalnya,
LARANGAN-larangan berisfat himbauan, ajakan, peringtan, PERDA... dan jangan
kaget, cepat maupun lambat ( jika suatu saat), Perda menjadi PASAL dan PIDANA
(kembali masa Kolonial). Dan pada masa itu (Kolonial), bangsa (manusianya)
Pribumi banyak yang “dibeli.” Dengan
iming-iming Pangkat, Jabatan, Kedudukan, Harta, Gelar, Kekuasaan. Dan GEJALA
itu mulai menampak.
LARANGAN Rokok?
Bentuk perlawanan
para perokok, semakin menjadi. Bahkan yang tidak merokok pun, ikut mendukung
PENOLAKAN gerakan ANTI ROKOK. Karena kesadaran akan KULTUR. Bukan semata kultur
yang melatar belakangi. Ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dan tidak bisa
dihindari, yang disebut PERANG! PRO melawan KONTRA. Sepakat dan tidak sepakat. Dan
siapa pra pelaku yang disebut perang? Adalah kita dan saudara kita. POLITK ADU
DOMBA, masih meraja lela di Negri ini. Hal ini masuk disegala lini.
KULTUR atau
TRADISI bangsa TIMUR, mulai MELUNTUR. Atau memang sengaja diLUNTURKAN? Kebiasaan-kebisaan
masyrakat berupa, GOTONGROYONG, guyub, REMBUG DESA, LUMBUNG DESA itulah yang
akan dikikis, diLENYAPKAN. Adab, etika, sopan santun, tatakrama, subasita,sebagai
bentuk KARAKTER orang timur, mulai
KABUR. Sekali lagi, GEJALA itu mulai menampak. Kususnya diwilayah perKOTAan.
BIJAK adalah
salah satu wujud atau bentuk KARAKTER bangsa INDONESIA. Satu hal yang sulit
dijumpai dinegara lain, adalah AGAMA. Berbagai agama, kepercayaan, aliran , maupun
ajaran dari manca, bisa diterima dinegri yang penuh dengan mimpi. Tidak ada
penolakan. Pun juga penerimaan secara apa adanya. Sungguh sangat bijak,
sehingga semua yang masuk, disesuaikan dengan kultur yang ada. Tentu saja tidak
lepas dari lingkungan dan alam.
PEROKOK BIJAK!
Sebagai masyarakat
Timur, yang menjunjung tinggi nilai-nilai BHINEKA TUNGGAL IKA, tentu
menghormati dan menghargai keberagaman. Munejunjung tinggi adat ketimuran. Saling
menghargai, saling menghormati. Berbagai perbedaan, itu justru menunjukan
keindonesiaan. Perang saudara itu bukan martabat bangsa ini. Walau dalam
catatan sejarah, pernah terjadi. Itu karena kesalah pahaman. Kurang atau lupa
akan akar. ANA REMBUG ya diREMBUG, itu falsafah orang jawa.
Jika merokok
adalah mengganggu lingkungan, sosial, kesehatan, tentulah ada alasannya. Dengan
dasar apa? Dasar-dasar itulah yang perlu dikaji, kemudian diREMBUG. Untuk mencari
solusinya. PEROKOK BIJAK mencoba melangkah, mencari jalan tengah. Komunitas Perokok
Bijak, TIDAK mengajak dan KAMPANYE ayo MEROKOK. Merokok pun ada nurma, tatacara,
etika, adab, subasita, dengan lingkungan, sosial, kesehatan.
Bukan semata
tentang ROKOK, yang dikampanyekan. Lebih pada penumbuhkembangan KARAKTER
bangsa. Karakter bangsa yang mulai, bahkan sudah ditinggalkan. Kapan akan kita
mulai, kalau bukan HARI INI. Kita awali dari ROKOK. Sebagai perokok kita harus
bijak. Mpan ing PAPAN, artinya paham tentang TEMPAT dimana, yang TEPAT, cocok,
sesuai, dan lebih MAT atau NIKMAT, untuk merokok. Bagi penikmat tentu saja,
dipenghujung atau pangkal BATANG ROKOK.(Salam Guyub).